Apa yang terjadi kali ini memang di luar kendali, tapi ungkapan ini bukanlah suatu berita buruk yang setiap saat tercantum dalam koran yang di antar setiap jam enam pagi. Haruskah aku menyebut namanya atau sembunyikan saja? Biarkan mereka menebak siapa yang dimaksud. Demi apapun, ini adalah salah satu cerita yang sulit diungkapkan, entah kenapa semua flashback tentang dirinya seakan hilang, lenyap entah kemana, tiba-tiba menajam pada suatu malam. Kamu mungkin satu-satunya pembaca blog ini yang memperhatikan setiap detail dari huruf-huruf yang tersusun rapi di sela-sela bagian kosong dari halaman ini. Just so you know, bener-bener susah mendeskripsikan dirimu. Apa yang kuingat tentangmu mungkin tidak sebanyak hal-hal yang kuingat tentang orang lain, namun, apa yang kuingat tentang orang lain itu tidak sedalam yang kuingat tentang dirimu. Terakhir kali yang kuingat adalah seseorang yang berbaring di ranjang, dibungkus selimut orange, terlihat seperti es lilin rasa jeruk. Ada lebam di bagian matamu dan goresan jahitan dari hidung hingga pipi. Baru aku tahu kalau tiap manusia bisa terlihat lemah, bahkan dirimu. Sembari berdiri disamping ranjangmu, terlintas selang bening yang mengalirkan cairan infus bermuara ke dalam pembuluh darahmu. Entah apa ekspresi yang harus kuberikan.
Aku selalu teringat akan dirimu setiap kali kupegang tempat CD merah bertuliskan “Pinnacle” satu-satunya barangmu yang ada padaku sebelum kamu terbaring disini. Feeling-ku berkata kalau barang ini harus cepet-cepet dikembalikan, takutnya tiba-tiba kamu pulang entah kemana dan berhenti kuliah gara-gara kena bahaya. Sayangnya, barang itu tak terbawa saat aku menjengukmu. Tapi tiba-tiba kamu mengingatkanku pada celana ungu yang terpendam selama bertahun-tahun di almariku, kita impas. Kubawa CD-mu, kau bawa celanaku. Maaf aku harus berbohong padamu kalau CD-nya udah diinstal, padahal barang itu hanya tergeletak di atas meja belajarku. Bahkan belum terpikir sekalipun untuk mulai menginstall, entah kenapa CD itu seakan tidak mau lepas dari tanganku, sampai kecelakaan itu terjadi padamu. Hari itu juga aku berjanji padamu untuk mengantarkan CD-nya kepadamu tepat setelah ujian blok 1.6, yang akhirnya enggak kulakukan karena kamu udah pulang. Kukira itulah hari aku harus berpisah dengan CD itu, ternyata kamu memberiku waktu ektra buat menjaganya. Hari berikutnya aku merasa bersalah, akhirnya, kumasukkan kepingan CD itu ke computer dan memulai proses yang seharusnya sudah kulakukan berbulan-bulan yang lalu. ERROR, ERROR, ERROR tulisan ini secara rutin muncul di layar komputerku. Aaaaarrrggghhh, 3 jam sudah aku bergelut dengan teknologi buat menginstall, tapi apa daya, CD-nya enggak kooperatif, sampai-sampai harus kulampiaskan amarahku ke keyboard yang untungnya enggak rusak. Setelah sekian jam merasa bodoh dan gaptek, akhirnya aku bertanya padamu gimana cara nginstallnya yang pada akhirnya juga enggak ngefek soalnya tetep gak bisa diinstal. Mau nginstall aja ribet banget!
Bagaikan susunan kartu domino yang dijatuhin, sms itu berlanjut, sampai suatu saat…
No comments:
Post a Comment